Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas, masyarakat adalah keseluruhan
hubungan–hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan,
bangsa, dan sebagainya. Dalam arti sempit, masyarakat adalah
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek–aspek tertentu, misalnya
territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Pengertian Masyarakat Desa dan
Masyarakat Kota Menurut Para Tokoh
Masyarakat
pedesaan (rural community) adalah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata
pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau
gabungan dari kesemuanya itu. Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli
:
1.
Bambang
Utoyo, desa adalah tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di
bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
2.
Rifhi Siddiq, desa adalah suatu
wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk
dengan interaksi sosial yang bersifat homogen, bermatapencaharian dibidang
agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya.
3.
Sutarjo
Kartohadikusumo, desa adalah kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat
yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan
terendah di bawah camat.
Masyarakat
perkotaan (urban community) lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta
ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Pengertian
masyarakat perkotaan menurut para ahli :
1.
Wirth, kota adalah suatu pemilihan
yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya.
2.
Max Weber, kota menurutnya, apabila
penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar
lokal.
3.
Dwigth Sanderson, kota ialah tempat
yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa pendapat secara
umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota
dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan
dalam struktur pemerintahan.
Perbedaan antara Masyarakat Desa dan
Masyarakat Kota Menurut Tokoh
Dalam masyarakat
modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut
Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara
masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik
tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi
sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan
kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem
tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
· Masyarakat Pedesaan :
1. Perilaku homogen
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan
kebersamaan
3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
4. Isolasi sosial, sehingga statik
5. Kesatuan dan keutuhan kultural
6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7. Kolektivisme
· Masyarakat Perkotaan :
1. Perilaku heterogen
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan
kelembagaan
3. Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4. Mobilitassosial,sehingga dinamik
5. Kebauran dan diversifikasi kultural
6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
7. Individualisme
Warga
suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan
lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan
lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan
(Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi
sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem
kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya
tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti
pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian,
hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan
orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting.
Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan
kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan,
lurah dan sebagainya.
Alasan Warga Desa yang Sebagian
Besar Adalah Petani Tak Ingin Lagi Berkerja sebagai Petani
1.
Petani identik dengan kemiskinan (struktural)
· Biro Pusat Statistik (BPS) mengungkap Maret 2012, 63 persen
dari 29.13 juta penduduk miskin di Indonesia tingal di pedesaan, hal ini secara
otomatis dipahami bahwa itu adalah petani dan buruh tani.
· Profesor Sajogyo mengungkap bahwa kepemilikan lahan petani
gurem di Indonesia adalah rata-rata kurang dari 0.5 hektar, dan setiap tahun
meningkat sebesar 1.5% per tahun, dan jumlah buruh tani meningkat dengan laju
5% per tahun. Penguasaan lahan oleh Pemerintah lebih banyak diberikan kepada
“masyarakat kota” dibanding kepada “masyarakat pedesaan.” Setiap tahun puluhan
ribu hektar lahan sawah berubah fungsi menjadi pemukiman, kawasan
industri/pabrik-pabrik, kota mandiri, dan bahkan tempat bermain golf.
2.
Petani identik dengan rendahnya pendidikan
Sebagai akibat poin-1 di atas, generasi yang lebih berpendidikan tidak akan memilih profesi petani, sehingga profesi petani adalah pilihan yang terpaksa untuk yang berpendidikan rendah dan orang tua-orang tua. Data BPS berdasarkan Sensus Pertanian 2003 mengungkap bahwa 80 persen dari petani kita hanya menamatkan pendidikan paling tinggi setingkat sekolah dasar (SD).
Sebagai akibat poin-1 di atas, generasi yang lebih berpendidikan tidak akan memilih profesi petani, sehingga profesi petani adalah pilihan yang terpaksa untuk yang berpendidikan rendah dan orang tua-orang tua. Data BPS berdasarkan Sensus Pertanian 2003 mengungkap bahwa 80 persen dari petani kita hanya menamatkan pendidikan paling tinggi setingkat sekolah dasar (SD).
3.
Kita Suka Yang Instan dan Gampang
Kebijakan pembangunan ekonomi mulai meninggalkan sektor pertanian dengan memacu pertumbuhan industri pengolahan yang penuh ketergantungan pada impor. Ini adalah kebijakan yang mudah dengan mengimpor kita tak perlu bekerja keras untuk memproduksi sendiri kebutuhan keseharian kita. Mengimpor berarti membeli, tidak punya uang ya kita hutang. Negara kita lebih suka mengimpor beras, kedelai, gula, sayuran, daging, padahal kita mempunyai sumber daya alam yang luar biasa banyak, demikian juga luas lahannya. Dan lebih buruknya kita menyadari akan melimpahnya sumber daya alam yang kita miliki ini.
Kebijakan pembangunan ekonomi mulai meninggalkan sektor pertanian dengan memacu pertumbuhan industri pengolahan yang penuh ketergantungan pada impor. Ini adalah kebijakan yang mudah dengan mengimpor kita tak perlu bekerja keras untuk memproduksi sendiri kebutuhan keseharian kita. Mengimpor berarti membeli, tidak punya uang ya kita hutang. Negara kita lebih suka mengimpor beras, kedelai, gula, sayuran, daging, padahal kita mempunyai sumber daya alam yang luar biasa banyak, demikian juga luas lahannya. Dan lebih buruknya kita menyadari akan melimpahnya sumber daya alam yang kita miliki ini.
Krisis ekonomi
yang terjadi berkali-kali menunjukkan dan membuktikan bahwa sektor pertanianlah
sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan mempunyai daya tahan tinggi
terhadap krisis ekonomi yang terjadi di banding dengan sektor-sektor lain.
Tapi, kita menganak-tirikan sektor pertanian ini. Jika tak diperbaiki dengan
semangat kerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan sendiri, sebentar lagi kita
tidak hanya mengimpor produk pertanian, bahkan juga akan mengimpor petani untuk
memproduksi kebutuhan kita. Dan akhirnya petani asli Indonesia akan menjadi
kenangan.
Kesimpulan:
Masyarakat desa
dengan masyarakat kota mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena kedua
masyarakat tersebut mempunyai ketergantungan yang erat. Terutama dalam memenuhi
kehidupannya. Seperti contoh, yang menjaga panen segala macam bahan pangan
adalah masyarakat desa. Sedangkan yang mengolah hasil panen tersebut menjadi
bermacam-macam hasil pangan adalah masyarakat kota. Dan belum tentu akan ada
masyarakat kota, jika sebelumnya tak ada yang merubah pikiran dari masyarakat
desa menjadi modern. Intinya, masyarakat kota berasal dari masyarakat desa.
Sumber :